Mahasiswa

Diposting oleh chaldot on Jumat, 27 April 2012

ssssttttttt.......
mereka bukan pejuang
mereka bukan pendekar
tpi mereka, bukan bahan tertawaan

Tubuh lunglai mereka
Ambruk dalam penindasan
Jiwa jiwa letih mereka
Hanyut dalam jeritan

kembalikan hak kami......!!!!
kembalikan jati diri kami........!!!



More aboutMahasiswa

Titip Rindu Buat "Diana"

Diposting oleh chaldot on Kamis, 26 April 2012

Rinduku Padamu
Bagaikan Rindu Kupu-kupu pada Bunga
Rinduku Padamu
Bagaikan Rindu Malam pada Rembulan
Rinduku Padamu
Bagaikan Rindu Hari pada Sang Mentari
Rinduku Padamu
Bagaikan Rindu Ross pada James

Ahhhh......
"diana".....
Kutitip Rindu ini
pada Angin yang membisik
sebab aku Rindu Rindumu.....


by : chaldot
More aboutTitip Rindu Buat "Diana"

Panngaderreng / Panngadakkang Bugis-Makassar

Diposting oleh chaldot on Rabu, 25 April 2012

Sulawesi Selatan sejak dahulu sampai saat sekarang terbangun dari  pola tertentu yang dalam diskusi ini disebut pola budaya atau Budaya Sulawesi Selatan. berbagai studi menunjukkan bahwa budaya Sulawesi Selatan dapat ditemukan dan terangkum dalam konsep Panngaderreng (Bugis) atau Panngadakkang (Makassar). kedua konsep tersebut berasal dari kata dasar Adeq (Bugis) dan Adaq (Makassar), yang berarti Adat. Panngadakkang dan Panngaderrang, dengan demikian, berarti sesuatu yang menjadi tempat berpijak perilaku dan kehidupan masyarakat Bugis dan Makassar. Panngaderreng atau Panngadakkang (Selanjutnya disebut Panngaderreng saja) merupakan tumpuan tradisi yang sudah lam ada, yaitu sejak manusia Sulawesi Selatan mulai ada dalam sejarah. konsep orang Bugis-Makassar mengenai seseuatu yang tua atau lama disebut toa. orang tua disebut tau toa atau tomatoa. Budaya orang Sulawesi Selatan pada awal sejarahnya pun dapat ditemukan dalam Latoa (Sesuatu yang tua), Disebutkan di dalamnya bahwa :
  1. Adeq (Bugis), Adaq (Makassar). Adeq atau Adaq adalah unsur bagian dari Panngaderreng, yang secara khusus terdiri dari : Pertama, adeq akkalabinengeng, atau norma mengenai hal ihwal perkawinan serta hubungan kekerabatan dan berwujud kepada kaidah-kaidah perkawinan, kaidah-kaidah keturunan, aturan-aturan mengenai hak dan kewajiban rumah tangga, etika dalam hal berumah tangga dan sopan santun pergaulan antara kaumkerabat.kedua, adeq tana, atau norma-norma mengenai hal ihwal bernegara dan memerintah negara dan berwujud sebagai hukum negara, serta etika dan pembinaan insan politik. pengawasan dan pembinaan adeq dalam masyarakat orang Bugis biasanya dilaksanakan oleh beberapa pejabat adat seperti : pakkatenni adeq, puang adeq, pampawa adeq, dan parewa adeq.
  2. Bicara adalah unsur bagian dari panngaderreng, yang mengenal semua aktivitas dan konsep-konsep yang bersangkut paut dengan peradilan, kurang lebih sama dengan hukum acara, menentukan prosedurnya, serta hak-hak dan kewajiban seorang yang mengajukan kasusnya di muka pengadilan atau yang mengajukan penggugatan.
  3. Rapang, berarti contoh, perumpamaan, kias, atau analogi. sebagai unsur bagian panngaderreng, rapang menjaga kepastian dan kontiunitas suatu keputusan hukum tak tertulis dalam masa lampau sampai sekarang, dengan membuat analogi antara kasus dari masa lampau itu dengan kasus yang sedang digarap. rapang juga berwujud sebagai perumpamaan-perumpamaan yang menganjurkan kelakuan ideal dan etika dalam lapangan-lapangan hidup tertentu, seperti lapangan kehidupan kekerabatan, lapangan kehidupan politik, dan pemerintahan negara. selain itu, rapang juga berwujud sebagai pandangan-pandangan keramat untuk mencegah tindakan-tindakan yang bersifat gangguan terhadap hak milik, serta ancaman terhadap keamanan seoorang warga masyarakat.
  4. wariq adalah unsur bagian panngaderreng, yang melakukan klasifikasi segala benda, peristiwa dan aktivitas dalam kehidupan masyarakat menurut kategori-kategorinya. Misalnya, untuk memelihara tata-susunan dan tata-penempatan hal-hal dan benda-benda dalam kehidupan masyarakat; untuk memelihara jalur dan garis keturunan yang mewujudkan pelapisan sosial; untuk memelihara hubungan kekerabatan antara raja suatu negara dengan raja-raja dari negara-negara lain, sehingga dapat ditentukan mana yang tua dan mana yang muda dalam tata upacara kebesaran.
  5. Sara’ adalah unsur bagian dari pangadereng yang mengandung pranata-pranata dan hukum islam dan yang melengkapkan ke empat unsurnya menjadi lima. Sistem religi masyarakat Sulawesi Selatan sebelum masuknya ajaran islam seperti yang tampak dalam sure’ lagaligo, sebenarnya telah mengandung suatu kepercayaan terhadap dewa yang tunggal yang disebut dengan beberapa nama seperti patoto-e (maha menentukan nasib), dewata sewwae (dewa yang tunggal), turie’ a’rana (kehendak yang tertinggi). Sisa kepercayaan seperti ini masih tampak jelas misalnya beberapa kepercayaan tradisional yang masih bertahan sampai sekarang misalnya pada orang tolotang, di kabupaten sidenreng rappang dan pada orang ammatoa di kajang daerah bulukumba.

Sumber Pustaka : Sistem Perkawinan Di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
More aboutPanngaderreng / Panngadakkang Bugis-Makassar

Tradisi Perkawinan Bugis-Makassar

Diposting oleh chaldot on Selasa, 24 April 2012


Perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dianggap suatu peralihan dari masa remaja ke masa dewasa. Bagi orang Bugis-Makassar perkawinan adalah bukan hanya peralihan dalam arti biologis, tetapi lebih ditekankan pada arti sosiologis, yaitu adanya tanggung jawab baru bagi kedua orang orang yang mengikat tali perkawinan terhadap masyarakatnya. oleh karena itu, perkawinan bagi orang Bugis-Makassar dianggap sebagai hal yang suci, sehingga dalam pelaksanaannya dilaksanakan dengan penuh hikmat dan pesta yang meriah.

Bagi orang Bugis-Makassar, kawin artinya Siala (Sialle = Makassar) artinya saling mengambil satu sama lain. perkawinan tidak melibatkan laki-laki dan perempuan yang kawin saja, melainkan kerabat kedua belah pihak dengan tujuan memperbahurui dan memperkuat hubungan keduanya. Di desa, perkawinan biasanya berlangsung antara seorang kerabat. perkawinan merupakan cara terbaik untuk memasukkan seseorang yang sebelumnya bukan kerabat menjadi Tennia Tau Laeng (Bukan orang lain)

perkawinan yang ideal adalah perkawinan dengan sepupu. Namun demikian, perkawinan dengan sepupu sekali dianggap "Terlalu Panas", karena itu jarang terjadi, kecuali di kalangan bangsawan Bugis-Makassar yang "berdarah Putih". Bagi masyarakat di bawahnya lebih memilih perkawinan sepupu dua kali atau tiga kali. jadi perkawinan ideal adalah perkawinan dalam generasi yang sama.

orang-orang bangsawan Bugis-Makassar amat memperhitungkan derajat calon pasangan. Aturan umumnya adalah, sementara seorang laki-laki boleh mengawini perempuan yang lebih rendah derajatnya, namun tidak demikian halnya dengan perempuan. semakin tinggi derajat seseorang semakin ketat aturan tersebut. biasanya seorang bangsawan Bugis-Makassar harus memperistrikan kalangan bangsawan juga untuk kawin pertamanya, namun untuk perkawinan keduanya boleh dari kalangan yang lebih rendah, hal ini dimaksudkan untuk kepentingan regenerasi dalam suksesi kepemimpinan kerajaan.

ada dua jenis pemberian dari pihak laki-laki ke pihak perempuan dalam "Tradisi Perkawinan Bugis-Makassar" yaitu "Sompa" yang secara simbolis berupa sejumlah uang yang dilambangkan dengan rella (real) yang sesuai dengan derajat perempuan, dan dui' menre' (uang naik) atau uang untuk perongkosan pesta perkawinan, yang biasanya diikuti dengan lise' kawing (isi perkawinan), dan mahar biasanya sejumlah uang yang sekarang sering diserahkan dalam bentuk Mushaf Al-Qur'an dan seperangkat alat Shalat.

dalam hal mencari jodoh dalam kalangan masyarakat desa sendiri, Bugis-Makassar menetapkan sebagai perkawinan yang ideal adalah :

  1. Perkawinan yang disebut assialang marola (atau passialleang baji'na dalam bahasa Makassar)
  2. Perkawinan yang disebut assialanna memang (atau passialleanna dalam Bahasa Makassar) ialah perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu
  3. Perkawinan anatara ripaddeppe' mabellae (atau nipakambani bellaya), ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat ketiga dari kedua belah pihak.

perkawinan yang dilangsungkan secara adat melalui deretan kegiatan sebagai berikut :

  1. Mappucce-puce (Akkusissing dalam bahasa Makassar), ialah kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si gadis untuk mengetahui apakah peminangan dapat dilakukan.
  2. Massuro (Assuro dalam bahasa Makassar), yang merupakan kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan yang didalamnya termasuk Sunreng atau mas kawin, balanja atau belanja perkawinan.
  3. Madduppa (Ammuntuli dalam Bahasa Makassar), ialah pemberitahuan kepada semua kaum kerabat mengenai perkawinan yang akan datang
hari pernikahan dimulai dengan mappaenre' balanja (appanai leko' dalam bahasa Makassar), ialah proses mempelai laki-laki disertai rombongan dari kaum kerabatnya, pria-wanita, tua-muda, dengan membawa macam-macam makanan, pakaian wanita dan maskawin. sampai dirumah mempelai wanita maka dilangsungkan upacara pernikahan, yang dilanjutkan dengan pesta perkawinan atau Aggaukeng (pa'gaukang dalam Bahasa Makassar).

pada pesta itu para tamu yang di luar di undang untuk memberikan kado atau uang sebagai sumbangan (soloreng), pada zaman dahulu soloreng itu berbentuk sawah atau ternak dan asalnya dari pihak paman (keluarga dekat dari kedua mempelai). Apabila dalam upacara adat itu salah seorang paman memberi pengumuman, bahwa untuk kemanakannya yang kawin itu ia memberi sepetak sawah, maka pihak kerabat pengantin laki-laki akan malu kalau tidak ada seorang diantara mereka mengumumkan pemberian kepada kemanakannya yang melebihi soloreng dari pihak kaum kerabat pengantin wanita.

beberapa hari setelah pernikahan, pengantin baru mengunjungi keluarga si suami dan tinggal beberapa lam di sana. dalam kunjungan itu, si isteri baru harus membawa pemberian-pemberian untuk semua anggota keluarga si suami. kemudian ada kunjungan ke keluarga si isteri juga untuk pemberian-pemberian kepada mereka semua. pengantin baru juga harus tinggal beberapa lama di rumah keluarga itu. barulah mereka dapat menempati rumah sendiri sebagai nalaoanni alena (naentenganmi kalenna dalam Bahasa Makassar). hal ini berarti bahwa mereka sudah membentuk rumah tangga sendiri.
More aboutTradisi Perkawinan Bugis-Makassar

Badik / kawali Bugis Makassar

Diposting oleh chaldot on Jumat, 20 April 2012

"Badik / Kawali" dalam kerajaan Bugis Makassar sangat indentik, apalagi bila dikaitkan dengan "laki-laki Bugis Makassar", sejak kelahiran seorang Anak laki-laki dikalangan Bugis Makassar telah di bekali dengan "Badik/Kawali" sebagai simbol dari dirinya.... Bahkan orang tua mereka telah memesan khusus kepada "Panre Bessi" untuk membuat "Badik / Kawali" untuk anaknya sebagai manifestasi keinginan dan harapan orang tua kepada anak laki-lakinya, seperti halnya orang tua yang menginginkan anaknya sejahtera dan tidak kurang apapun maka orang tua akan memesan "Badik / Kawali" yang berpamor Kurisi atau Ma'daung Ase, begitu pula jika orang tua menginginkan anaknya menjadi seorang pemimpin yang disegani, pemberani dan berkharisma maka "Badik / Kawali" yang dipesan yang berpamor Makkure'cilampa.

beberapa jenis "Badik / kawali" yang tersebar di Sulawesi selatan dan bahkan menjadi incaran

1. Badik Raja (gecong raja)



dalam pembuatan "badik/kawali" ini,, orang2 disekitar kajuara sana masih percaya jika "badik/kawali raja" dibuat oleh makhluk halus, ketika malam, terdengar suara palu bertalu-talu dalam lanraseng gaib sampai paginya masyarakat sana menemukan jadilah sebuah badik raja,, badik ini bilahnya aga besar ukurannya 20-25 cm, Ciri-ciri badik raja hampir mirip dengan badik lampobattang, bentuk bilahnya agak membungkuk, dari hulu agak kecil kemudian melebar kemudian meruncing. Pada umumnya mempunyai pamor timpalaja atau mallasoancale di dekat hulunya. Bahan besi dan bajanya berkualitas tinggi serta mengandung meteorit yang menonjol dipermukaan, kalau kecil disebut uleng-puleng kalau besar disebut batu-lappa dan kalau menyebar di seluruh permukaan seperti pasir disebut bunga pejje atau busa-uwae. Badik raja di masa lalu hanya digunakan oleh arung atau dikalangan bangsawan-bangsawan dikerajaan Bone.

2. Badik Lagecong



"Badik/kawali lagecong", Badik bugis satu ini dikenal sebagai badik perang, banyak orang mencarinya karna sangat begitu terkenal dengan mosonya (racunnya), banyak orang percaya bahwa semua alat perang akan tunduk pada badik gecong tersebut,,
ada dua versi , yang pertama ,Gecong di ambil nama dari nama sang pandre (empu) yang bernama la gecong, yang kedua diambil dari bahasa bugis gecong atau geco”, yang bisa diartikan sekali geco” (sentuh) langsung mati,,
sampai saat ini banyak yang percaya kalau gecong yang asli adalah gecong yang terbuat dari daun nipah serta terapung di air dan melawan arus,, wallahu alam,, panjang gecong biasanya sejengkalan orang dewasa, pamor lonjo,, bentuknya lebih pipih,tipis tapi kuat.

3. Badik Luwu



"Badik/kawali luwu", badik luwu yang berasal dari kabupaten luwu, bentuknya agak sedikit membungkuk, mabbukku tedong (bungkuk kerbau), bilahnya lurus dan meruncing kedepan,, badik bugis kadang diberikan pamor yang sangat indah, hingga kadang menjadi buruan para kolektor ..di bajanya terdapat rakkapeng atau sepuhan pada baja yang konon disepuh dengan bibir dan “maaf” alat kelamin gadis perawan sehingga konon tidak ada orang yang kebal dengan badik luwu ini,

4. Badik Lompobattang



"Badik/kawali lompo battang atau sari", badik ini berasal dari Makassar, bentuknya seperti jantung pisang, ada jg yang bilang seperti orang hamil, makanya orang menyebutnya lompo battang (perut besar), konon katanya jika ada orang terkena badik ini, maka dia tidak akan bertahan dalam waktu 24 jam
More aboutBadik / kawali Bugis Makassar

Kerajaan Kupu kupu terancam Punah

Diposting oleh chaldot on Selasa, 17 April 2012

Dari segi keunikan dan keindahan, tidak disangsikan lagi kalau wisata alam yang satu ini "Bantimurung" bisa dikatakan sebagai objek wisata paling indah di Sulawesi-Selatan, Bahkan bagi orang MAROS sendiri mengatakan kalau "Wisata Alam BANTIMURUNG" adalah yang terbaik didunia.....!!!
"Bantimurung" dibalik keindahan dan keunikannya menyimpan sesuatu yang fenomenal bagi masyarakat awam tentunya, dari tahun ketahun pengunjung Wisata Alam "Bantimurung" semakin meningkat namun tidak dengan spesies kupu-kupunya semakin tahun semakin dalam kepunahan, memang benar kalau dikatakan bahwa Wisata Alam "Bantimurung" sebagai "Kingdom Of Butterfly" itu dulu....!!!!

Wisata Alam "Bantimurung" yang dikatakan sebagai "Kingdom of Butterfly" kini lebih layak dikatakan sebagai "The Land Of Death Butterfly" dikarenakan lebih banyaknya Kupu-kupu yang di awetkan ketimbang dengan kupu-kupu yang hidup bebas di Wisata Alam "Bantimurung". Kita akan lebih sering mendengar teriakan para penjajah kupu-kupu yang telah terbingkai ketimbang dengan suara-suara yang meneriakkan "Jaga dan Lestarikan Alam ini".
More aboutKerajaan Kupu kupu terancam Punah